Pandemi Covid-19 telah menciptakan kebutuhan dan perlunya menjaga jarak dalam interaksi sosial (social distancing), karantina, dan isolasi sehingga setiap individu yang rentan tidak akan terkena virus. Upaya tersebut dilakukan salah satunya dengan tujuan agar sistem perawatan kesehatan tidak kewalahan akibat meningkatnya jumlah pasien yang harus dilayani.
Keinginan untuk mewujudkan flattening the curve menjadi salah satu alasan utama kebijakan pemerintah untuk meminta siswa belajar dari rumah (BDR), sehingga kesempatan mereka untuk dapat berkumpul dalam bentuk kerumunan dapat dicegah, dan karena itu peluang penyebaran covid-19 bisa dihambat.
Dalam kondisi darurat ini, kemasan muatan pembelajaran BDR, seharusnya akan sarat dengan penguatan literasi dan karakter. Konten diajarkan, selain untuk mengembangkan pengetahuan siswa (rote learning), juga digunakan sebagai medium dalam menumbuhkan dan memperkuat kemampuan literasi dan karakter.
Sebagai sebuah aktivitas pembelajaran formal, penilaian tetap harus dilakukan. Namun, penilaian BDR dilakukan bukan untuk menentukan standar pencapaian (attainment level) atau kepentingan nilai (assigning grade) semata. Penilaian dalam BDR dilakukan mestinya dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat menemukan cara belajar yang lebih baik bagi dirinya pada setiap subjek yang dipelajari/diajarkan. Penilaian semacam ini disebut dengan penilaian formatif, yakni skor/nilai hasil sebuah aktivitas penilaian bukanlah standar pencapaian ataupun tujuan proses pembelajaran. Karena jika kita menggunakannya sebagai tujuan proses pembelajaran, nilai sesungguhnya yang merupakan ukuran dari status pembelajaran akan hilang dan justru mendistorsi proses pembelajaran yang diharapkan (Rogertitcombe: 2015).
Untuk tujuan ini, berbagai metode penilaian bisa digunakan, baik berupa penilaian proyek, penilaian portofolio, extended essays, dan bentuk penilaian lainnya yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
Dari berbagai hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah merdeka dalam melaksanakan penilaian pada siswa karena Kemendikbud juga sudah mengeluarkan kebijakan meniadakan ujian sekolah yang sebelumnya ujian sekolah. Di beberapa daerah, masih banyak aduan banyak yang intervensi dan melakukan penyeragaman meskipun kebijakan ujian sekolah bagi jenjang sekolah dasar harusnya tesnya disesuaikan dengan kompetensi siswa masing masing sekolah.
Namun dengan adanya wabah ini sekolah bebas melakukan penilaian jarak jauh sesuai strategi yang dimiliki sehingga sekolah merasa merdeka tidak adalagi belenggu. Penilaian tersebut baik yang akan digunakan sebagai nilai akhir semester atau kenaikan kelas maupun penilaian kelulusan bagi siswa kelas 6 yang akan melanjutkan pada jenjang berikutnya.
Begitu juga guru merdeka melaksanakan metode dan strategi pembelajaran dan penilaian sesuai keunikan siswa masing-masing dan latar belakang orangtua. Tidak harus sama dan seragam dengan apa yang dilakukan guru kelas lain maupun sekolah lain, siswa merasa merdeka belajar karena justru tampak terlihat siswa sangat percaya diri dalam menyampaikan pendapat, saat bercerita, saat berpuisi dan membuat konten video tanpa takut salah atau dimarahi , mereka berusaha melakukan yang terbaik agar bisa mendapat apresiasi dari orangtuanya, teman dan juga guru.
Penilaian menurut permendikbud 23 th 2016 tentang penilaian hasil belajar memuat 3 aspek yaitu Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan. Ketiga aspek penilaian inilah yang nantinya dijadikan sebagai laporan akhir penilaian guru terhadap hasil belajar siswa.
Penilaian yang tepat menurut penulis dapat dilakukan guru terhadap siswanya saat Belajar di Rumah (BDR) pada masa pandemic Covid 19 adalah dengan memberikan tugas kepada siswa dengan mencatat praktek baik pengamalan 5 nilai Karakter yang mereka lakukan pada saat Belajar di Rumah (BDR). Praktek baik pengamalan 5 nilai utama karakter ini nantinya bisa dijadikan sebagai dasar untuk memberikan nilai sikap dan keterampilan.
Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Religiusitas
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.
Subnilai religius antara lain beriman dan bertaqwa, disiplin ibadah, cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan tersisih, mencintai dan menjaga lingkungan, bersih, memanfaatkan lingkungan dengan bijak
2. Nasionalisme
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.
3. Kemandirian
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolongmenolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral
(integritas moral).
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi.
Praktek baik ini mereka masukkan dalam table jurnal kegiatan dibawah ini:
Jurnal Praktek Baik Nilai Utama Karakter Selama BDR
Setelah siswa membuat jurnal praktek baik nilai utama karakter selama BDR maka, hasil akhirnya selain dalam bentuk tabel jurnal, juga bisa juga berupa kumpulan photo praktek baik yang dilakukan selama siswa BDR dalam format fortopolio atau video yang dikumpulkan saat masuk sekolah, waktu yang ditentukan guru atau bisa juga saat akhir menjelang berakhirnya tahun pelajaran.
Hasil kerja siswa ini nantinya bisa guru jadikan sebagai dasar penilaian sikap dan keterampilan siswa.
Contoh Jurnal Praktek Baik Nilai Utama Karakter Selama BDR
*) Penulis : Hardian Ashari, M.Pd., Widyaiswara Ahli Madya LPMP Lampung