Motivasi merupakan suatu dorongan atau alasan yang menjadi sebuah dasar guna meningkatkan semangat seseorang untuk mengerjakan sesuatu agar apa yang sudah dicita-citakan dapat terwujud dan berjalan dengan lancar. Namun, secara etimologis kata Motivasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Motivation”, yang berarti “daya batin atau dorongan”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Motivasi adalah segala hal yang menjadi pendorong atau penyemangat seseorang untuk melakukan sesutu guna mencapai tujuannya.
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan kualitas perilaku yang ditampilkan, baik dalam konteks belajar, bekerja, beribadah maupun dalam kehidupan lainnya. Dalam Teori Hierarki yang dikemukakan oleh seorang psikolog yang berasal dari Brooklyn College yang bernama Abraham Maslow pada tahun 1943. Teori Hierarki Maslow ini menyatakan terdapat lima kebutuhan manusia berdasarkan hierarkinya, dimulai dari kebutuhan dasar hingga ke kebutuhan lebih tinggi yaitu: 1) Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan primer merupakan kebutuhan manusia yang terdiri dari makanan, minuman, pakaian, perumahan dan kebutuhan hidup lainnya, 2) Kebutuhan rasa aman dan keselamatan dari ancaman kekerasan psikologis dan fisik, misalnya adanya perlindungan kesehatan dan keselamatan lingkungan, terhindar dari penyakit, serta terhindar dari resiko kejahatan 3) Kebutuhan rasa cinta sebagai kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial untuk mencintai dan dicintai oleh keluarga, sahabat, kolega, 4) Kebutuhan Penghargaan merupakan kebutuhan untuk dihargai orang lain atas reputasinya dan kepercayaan yang diberikan orang lain, dan 5) Aktualisasi diri merupakan hierarki kebutuhan tertinggi setelah semua kebutuhan terpenuhi, sebagai kebutuhan memenuhi ambisi pribadi.
Implementasi secara nyata berkarakter untuk memenuhi kebutuhan amat dibutuhkan saat ini. Simpati dan empati antar keluarga, kerabat, kolega, tetangga amat dibutuhkan mengingat mayoritas kehidupan masyarakat saat ini berdasarkan Teori Hierarki Maslow sedang kembali ke kebutuhan dasar. Motivasi dari para guru, orangtua dan contoh-contoh kisah baik menjadi salah satu kunci keberhasilan yang menggerakkan karakter dan mengenal pribadi literat untuk mengenal potensi diri sendiri dan menciptakan hasil karya sesuai potensi yang sudah dikuasai dengan baik oleh siswa. Dan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat 18 nilai yang harus diperhatikan, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab dalam proses motivasi pemenuhan kebutuhan.
Dan literasi menjadi kecakapan hidup yang menjadikan manusia berfungsi maksimal dalam masyarakat. Kecakapan hidup bersumber dari kemampuan memecahkan masalah melalui kegiatan berpikir kritis. Untuk itu, literasi harus menjadi budaya yang ditanamkan sejak dini sehingga menghasilkan manusia yang kompeten yang mampu memahami, menggunakan, menganalisis, dan mentrasformasikan informasi yang ada. Hal tersebut dapat menjadikan seseorang mampu mengenali dan mengembangkan potensi diri sebagai upaya meningkatkan kualitas diri sehingga mampu bersaing dalam kancah internasional.
Selain itu, literasi juga menjadi refleksi penguasaan dan apresiasi budaya. Masyarakat yang berbudaya adalah masyarakat yang menanamkan nilai-nilai positif sebagai upaya aktualisasi dirinya. Kebutuhan pemenuhan aktualisasi diri terbentuk melalui interpretasi, yaitu kegiatan mencari dan membangun makna kehidupan. Hal tersebut dapat dicapai melalui penguasaan literasi yang baik.
Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Supaya siswa dapat mengembangkan potensi diri secara aktif untuk mendapatkan keterampilan, akhlak mulia, kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri, dan kekuatan spiritual keagamaan yang diperlukan oleh dirinya sendiri dan masyarakat.
Sebagai manusia yang beriman dan pembelajar kita bisa mengambil hikmah positif belajar dari covid19. Kita sedang melihat penguatan pendidikan karakter sudah berfungsi secara nyata di sekitar kita dan bisa kita tonton di televisi, bisa kita rasakan bahkan kita ikut berperan aktif bahu membahu mengimplementasikan keilmuan atau kemampuan moril materil untuk mengatasi masalah covid19. Ketika ada manusia yang tak punya rasa kemanusiaan termotivasi untuk memperkaya diri mendapatkan keuntungan setinggi selangit dalam penjualan Alat Pelindung Diri (APD), masih ada di tempat lain sekumpulan siswa siswi SMK didampingi guru nya berkarya membuat APD seperti masker, hand sanitizer, di tempat yang lain lagi masih ada siswa PAUD di Jawa Barat yang menyumbangkan tabungannya untuk membeli APD bagi tenaga medis, di tempat yang lainnya ada seorang perancang busana menyumbangkan APD yang dijahit sendiri bersama karyawannya, dan banyak lagi contoh berkarakter dan literat lainnya sebagai penggerak motivasi bagi orang lain yang melihatnya.
Belajar dari covid19 kita belajar menjadi manusia yang literat yang mampu membaca keadaan secara kritis dan cepat tanggap membantu menyelesaikan masalah sesuai potensi atau kemampuan yang kita miliki. Seperti yang dituliskan dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Sisdiknas yang menyatakan bahwa : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Ketika kondisi mendesak mengharuskan kita BDR ( belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan beribadah dari rumah) kita tetap harus mengingat esensinya bahwa BDR tetap harus mendorong kita memiliki motivasi positif yang berkarakter dan literat yang menjadikan kita manusia yang mampu membaca potensi yang ada dalam diri sendiri dan bisa bermanfaat bagi sesama secara nyata. Seperti yang disebutkan dalam Pasal 3 UU SISDIKNAS No.20 Tahun 2003 yang menyatakan fungsi dari pendidikan. Jika kita belajar atau mendapatkan pendidikan, maka kita akan mempunyai motivasi untuk menjadi seseorang yang lebih baik dalam semua aspek kehidupan. Pendidikan adalah salah satu persyaratan untuk memajukan bangsa ini sehingga pendidikan harus dimulai sejak dini terlebih pendidikan karakter dan literasi dimulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Belajar dari covid19 membuat kita menjadi terdidik untuk bisa saling menguatkan diri dan menjadi contoh sebagai seorang penggerak motivasi yang berkarakter dan literat saat BDR sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dengan cara yang pastinya sesuai potensi, posisi dan kondisi kita. Semoga covid19 segera berlalu dan kita sudah mendapat banyak pelajaran darinya menuju Indonesia Maju. Selamat hari pendidikan nasional.(*)
*) Fawziana Ratna Mustika, S.Psi.,M.Si. Widyaiswara Ahli Madya LPMP Lampung